Kisah mencekam soal riam-riam di Mahakam Ulu (Mahulu) bukan hanya berisiko maut. Tapi, juga menyebabkan harga sembako membumbung tinggi. Pemerintah tak tinggal diam. Jalur darat dari Long Pahangai ke Long Apari dibangun.
RIZKI HADID,Tiong Ohang
SENJA melukis langit Tiong Ohang, Long Apari, saat aroma nasi goreng yang dimasak Hafif semerbak merayu selera makan. Hafif satu-satunya penjual nasi goreng di kampung yang memiliki jembatan gantung itu.
Berniaga di pedalaman lebih banyak hambatan ketimbang di kawasan metropolitan. Sembako dan komoditas dari Samarinda mesti melalui Kutai Barat lalu menembus beranda Mahulu di Ujoh Bilang. Dari pusat pemerintahan itu, perjalanan dilanjutkan dengan perahu sekitar empat jam.
Hafif menjelaskan, harga barang dua kali lipat dibanding Samarinda. Musababnya, motoris mematok harga tinggi. Terutama bila musim kemarau, riam sungai lebih ganas dari biasanya. “Hanya motoris tertentu yang berani menembus riam,” ucap lelaki yang genap setahun menetap di Tiong Ohang itu.
Kenaikan harga itu menghambat usahanya. Harga beras naik, sementara harga nasi goreng seporsi Rp 25 ribu tak bisa naik. “Ini saja sudah mahal. Kalau dinaikkan lagi, tak ada yang beli,” urai dia.
Menuju Long Apari di mana Sungai Mahakam berasal, belantara nan asri terhampar indah memanjakan mata. Di sisi sungai, pohon besar tumbuh melintang dengan rambut-rambut daun menjuntai. Burung bangau dan pendulang emas tradisional dengan mudah dijumpai di sepanjang perjalanan.
Meski bernilai estetika tinggi, bukan berarti bengawan yang membelah rimba itu nyaman dilalui. Tak jarang ditemui batu seukuran gajah di tengah sungai. Belum lagi arus sungai yang sangat deras menampar bagian bawah perahu. Bila motoris tak lihai, bukan mustahil perahu terguling dan meregang nyawa.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah Bappeda Mahulu Evodius Awang menerangkan, jalur sungai tak lagi dijadikan transportasi utama lantaran riam yang berbahaya. “Riam setinggi 3 meter. Disebut paling ekstrem se-Asia Tenggara. Antara hidup dan mati kalau lewat situ. Sudah banyak korban,” ucap dia.
Sementara pembangunan jalan darat dari Long Pahangai ke Long Apari masih dikerjakan Den Zipur, Pemprov Kaltim, dan Pemkab Mahulu (lebih lengkap terpapar di serial sebelumnya, Red). Kepala Dinas Perhubungan Mahulu Alfred menerangkan, meski pembangunan transportasi tak lagi fokus di perairan, perahu dipastikan tetap eksis untuk menunjang pariwisata.
Selain itu, mau dibangun dermaga tambat dengan titian tangga senilai Rp 1,4 miliar dari APBN untuk Long Apari dan Long Pahangai. “Kami sediakan speedboat dan long boat dari dana alokasi khusus sebesar Rp 450 juta. Diprioritaskan untuk Long Apari dan Long Pahangai,” tandas dia.
Camat Long Apari, Valentina Lalang menjelaskan, sebagian besar warganya yang berjumlah 4.432 penduduk itu menggantungkan hidup dengan berkebun. Mengandalkan hasil hutan seperti gaharu dan sarang burung walet. Ada pula yang menambang emas tradisional.
“Harga mahal karena kemarau dan jarak. Beras 25 kilogram seharga Rp 750 ribu. Meski begitu warga tetap membeli. Tak ada pilihan lain,” ucap dia.
Pj Bupati Mahulu Frederick Bid saat menyambut tim bela negara yang digagas oleh Kepala Pengendali Pusat Kantor Pertahanan Kaltim Kolonel Agus Subagyo menegaskan, Mahulu ibarat wajah. Harus terlihat cantik dan terawat.
Kata dia, mestinya negara bersyukur ada yang menjaga perbatasan. Jangan hanya membangun Jakarta. Harga barang naik, warga tidak unjuk rasa. Kalau ada barangnya ya syukur. Kalau langka, kenaikan harga mencapai tiga kali lipat.
“November, jalur darat harus sudah tembus ke Long Apari,” urainya dalam sambutan yang dibacakan Kepala Dinas Kesehatan Mahakam Ulu Agustinus Teguh Santoso, di Lamin Adat Tiong Ohang. (*/kri/k9)
Berita ini pernah terbit di Kaltim Post. Silakan berlangganan Kaltim Post.
http://m.kaltim.prokal.co/read/news/249061-kemarau-sembako-mahal-seketika.html