Bandung dikenal sebagai kota yang melahirkan banyak musisi tenar. Menjadikan musik sebagai penghasilan utama bukan hal mustahil bagi musisi lokal Kota Kembang. Serupa dengan impian sebagian besar musikus Kaltim.
RIZKI HADID, Bandung
BERKEMBANGNYA musik di Bandung tak lepas dari fasilitas pemerintah bernama GOR Saparua. Pada zamannya, sarana olahraga berkapasitas kurang lebih 3 ribu orang itu disebut-sebut sebagai tolok ukur bermusik di Indonesia.
Bahkan, band ternama dari berbagai genre berebut agar bisa manggung di GOR Saparua. “Belum jadi anak band Indonesia kalau belum manggung di situ,” ucap Albert Shadrach Dragtan, musikus indieBandung.
Albert merupakan pemusik idealis yang besar di komunitas underground. Selain memainkan musik hardcore punk, dia adalah drummer musik jazz. Lelaki bertato itu mulai ngeband di Bandung sejak sekitar 1995. “Saya merasa beruntung karena bisa merasakan panggung di Saparua,” ungkap lelaki berkepala plontos itu.
Menjadi “alumnus” GOR Saparua memberikan dampak besar dalam karier bermusik. Nilai tawar honor manggung band mereka di acara musik semakin tinggi. “Awal ngeband sebelum krisis moneter. Dibayar dengan setara Rp 4 juta bila dibandingkan dengan keuangan sekarang,” ujar dia.
Selain GOR Saparua, ada Taman Lalu Lintas yang menjadi wadah berkumpulnya penggemar sepeda BMX, skateboard, dan para musikus. Dari situ dia mengenal band indie. Di antaranya, Pas Band, Burgerkill, Pure Saturday, dan penyanyi pop Marcel Siahaan yang dulunya drummer band hardcore Puppen.
Bermain musik di Bandung, terang dia, bisa dijadikan penghasilan utama. Penghasilan Albert dari hobinya itu lumayan besar. Seminggu tiga kali, dia manggung dengan band jazz di Kafe Tera Walk Station, Bandung. Dalam satu malam, dia dibayar Rp 300 ribu per orang.
Jika dikali tiga pertemuan berarti penghasilannya seminggu Rp 900 ribu. Bandnya bermain tetap di sana. Berarti, dalam sebulan ia bisa mengantongi fulus sebesar sekitar Rp 3,6 juta.
Belum lagi penghasilannya sebagai drummer untuk acara pernikahan. Per orang dia dibayar Rp 800 ribu. Dalam sebulan, dia dapat lebih dari empat kali job. Maka, seandainya dia hanya mendapat empat job dalam sebulan, penghasilannya sekitar Rp 3,2 juta.
“Biasanya Sabtu job sore. Kalau Minggu jobsiang dan malam. Jadi, dalam seminggu bisa dapat sekitar tiga sampai empat job,” ucap dia.
Dia juga pengajar drum. Untuk satu pertemuan dibayar Rp 200 ribu. Dalam sebulan, ada empat kali pertemuan. Murid drumnya dalam sebulan bisa mencapai tiga sampai empat orang. Jika dihitung lagi penghasilannya dari mengajar drum untuk satu murid saja adalah sekitar Rp 800 ribu.
Penghasilannya sebagai drummerKomplete Kontrol, band hardcore punkyang kini digawanginya sebesar Rp 1 juta untuk sekali manggung. Dalam sebulan bisa dua kali dapat job. Selain itu, dia kerja sebagai humas di sebuah perusahaan stick drums dengan gaji Rp 3 juta.
Pekerjaannya tak terikat di kantor. Tugasnya berkomunikasi dengan klien dari luar negeri melalui sosial media. Jika ditotal, penghasilannya per bulan sekitar Rp 10 juta lebih.
Dia mengatakan, di Bandung ada lebih dari 20 band indie yang bertahan hidup dari penghasilan manggung dan ada ratusan musisi yang menafkahi diri dari musik seperti dirinya.
Kesuksesan Albert tak lepas dari kesuksesan Komplete Kontrol menembus MTV. Grup musik ini menjadi band hardcore punk pertama di Asia yang videoklipnya tayang di MTV. Untuk diketahui, kala itu band jenis undergroundmasih tabu untuk tayang di televisi.
Sejak saat itu, kariernya semakin menanjak. Dia pernah tampil di film Garasi pada 2006 dan menjadi extra talent di videoklip band Samsons. Dia direkrut tanpa casting karena dianggap cukup dikenal di kalangan musikus Bandung. “Seandainya musik yang saya usung bukan hardcore punk, pasti jauh lebih terkenal,” ucap dia.
Untuk menjadi sukses sebagai musikus, dia mengatakan, harus totalitas dalam bermusik. Misalnya soal fashion. Berpakaian keren tak hanya saat manggung tapi juga menjadi keseharian. Musik yang diusung juga harus memiliki karakter yang kuat agar menjadi daya tarik bagi anak muda.
“Kalau band mau tetap eksis harus punya penghasilan tambahan dari membuat merchandise. Bisa berupa kaus, atau pernak-pernik lainnya,” tutur dia. (*/kri/k8)
Artikel ini pernah terbit di Kaltim Post. Silakan berlangganan Kaltim Post.
http://m.kaltim.prokal.co/read/news/267575-drummer-berpenghasilan-setara-manajer.html