Bangun Jalan, Melawan Keterbatasan di Mahakam Ulu

Berada di ujung Kalimantan Timur (Kaltim), Mahakam Ulu (Mahulu) berbatasan dengan Malaysia. Infrastrukturnya masih jauh dari harapan. Akhir Oktober lalu, tim bela Negara dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mengunjungi kawasan itu sekaligus menanamkan jiwa patriot.  

RIZKI HADIDLong Pahangai

DERU mesin mobil double gardan membelah kesunyian belantara jalan poros Ujoh Bilang-Long Pahangai, Mahulu. Lima belas mobil tim bela negara yang dipimpin Kepala Pengendali Pusat Kantor Pertahanan Kaltim Kolonel Agus Subagyo itu bertolak dari Kota Tepian.

Dari balik kemudi, Doni Wardana, sopir yang membawa media ini, berkomunikasi dengan sopir lain melalui saluran radio. Mobil melaju dengan rangkaian berurutan. Mobil terdepan bertugas melaporkan kondisi jalan.

Perjalanan dari Ujoh Bilang ke Long Pahangai sangat melelahkan. Jarak tempuh sekitar 150 kilometer itu memakan waktu sekitar enam jam perjalanan darat. Belum lagi kondisi jalan tanah yang bergelombang membuat isi perut terkocok. Untuk mengenyahkan penat dan mengusir kantuk, belasan sopir bertukar canda melalui saluran radio.

Mendekati Long Pahangai, kondisi jalan semakin ekstrem. Tak ada lagi jalanan mulus. Kerikil terlempar ke mobil belakang lantaran digilas ban. Sementara debu ikut beterbangan. “Hati-hati! Turunkan kecepatan, jarak pandang nol!” teriak Doni di saluran radio menginformasikan rangkaian mobil di belakang.

Lolos menembus jalan berdebu, rangkaian mobil berhadapan dengan anak sungai yang membelah jalan. Sebagian bisa dilewati dengan jembatan yang terbuat dari batang pohon. Andai kata batang pohon itu patah, jalan darat menuju Mahulu dipastikan terisolasi.

Hambatan berikutnya, mobil mesti menerjang aliran air di tengah jalan. Jika tak lihai membanting kemudi, batu-batu besar di dasar sungai bisa merusak bagian bawah mobil.  Kasubbid Prasarana Wilayah Bappeda Kaltim Ahmad Muzakir Hidayat menerangkan, penanganan jalan dari Tering menuju Ujoh Bilang sekitar 136 kilometer.

Ada tiga segmen pengerjaan hingga Long Apari. “Masih berupa agregat menggunakan APBD Kubar dan bantuan pemprov. Kalau Long Bagun sampai Long Pahangai menggunakan APBD provinsi. Setelah Long Pahangai menggunakan APBN. Kami berharap di akhir masa jabatan Gubernur Awang Faroek Ishak ini dapat berjalan mulus,” terang dia.

Ditambahkannya, adapun dari Tering ke Keliwai pada 2012–2015 dibangun dengan dana Rp 69 miliar dari APBD Kubar multi years contract (MYC). Dari simpang Kelian Dalam ke Datah Bilang menggunakan dana bantuan provinsi Rp 10 miliar.

Kemudian, dari Datah Bilang ke Ujoh Bilang dikerjakan oleh Pemkab Mahulu. “Long Pahangai ke Tiong Ohang dari APBN sebesar Rp 24 miliar. Dari Tiong Ohang ke Desa Tiong Ohang dikerjakan Den Zipur menggunakan APBD Mahulu sebesar Rp 40 miliar,” urai dia.

Kata Muzakir, permukaan jalan itu sebagian masih berupa tanah, sebagian lagi agregat. Dia menargetkan menembus jalan yang masih terisolasi. “Nanti diperbaiki geometri, lapis permukaan, hingga aspal. Dengan sisa waktu hingga 2018 hanya memungkinkan pengerasan berbutir dan perbaikan geometri,” jelas dia.

Dijelaskannya, jalan dari Tering ke Long Lunuk sudah tembus dan mampu dikendarai dengan kecepatan 70 kilometer per jam. Sementara itu, proyek yang dikerjakan Den Zipur kondisi jalannya masih sangat terjal. “Jalan tersebut kami gelari waterboom, karena sangat curam nyaris 45 derajat kemiringannya. Den Zipur menarget Desember sudah tembus,” ulas dia.

Mengenai proyek jembatan, Muzakir mengatakan, rencananya tahun depan dialokasikan. “Beberapa jembatan darurat yang ada dikerjakan pemprov. Disiapkan Rp 15 miliar. Pak Rusmadi (kepala Bappeda Kaltim) minta prioritaskan jembatan,” tegas dia.

Pj Bupati Mahulu Frederick Bid menuturkan, kedatangan tim bela negara merupakan pengungkit semangat warga Mahulu. Terang dia, saat ini infrastruktur jalan sudah tembus sebagian meski keadaannya terbatas.

Pemkab bakal mengadakan gorong-gorong, jembatan darurat agar bisa dilalui dengan baik. Pemkab juga sudah mengadakan tiga alat berat untuk mendukung program percepatan pembangunan. “Tadinya mengandalkan transportasi sungai. Saat kemarau jadi lumpuh. Bangun bandara malah kena asap. Maka, jalur darat alternatif yang baik,” ucap dia.

Tidak memfokuskan pembangunan di jalur sungai lantaran riam berbahaya tak bisa diandalkan bila ingin mengangkut anak, pasien, dan lain-lain. Meski dialihkan ke transportasi darat perahu motor yang ada selama ini dipastikannya masih eksis. “Kami sediakan alat angkut sungai dari dana DAK berupa speedboat dan long boat. Kami prioritaskan Long Apari dan Long Pahangai. Nominal Rp 450 juta,” urai dia.

Dermaga juga menjadi kebutuhan mendesak. Dengan begitu bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Disiapkan Rp 1,4 miliar dari pemerintah pusat untuk membangun dermaga tambat dengan titian tangga. “Bukan dermaga besar. Di Long Apari dan Long Pahangai,” tandasnya. (*/kri/k8/bersambung).

Berita ini pernah terbit di Kaltim Post. Silakan berlangganan Kaltim Post

http://m.kaltim.prokal.co/read/news/248784-bangun-jalan-melawan-keterbatasan.html

Scroll to Top