Tambang Tak Selamanya Gemilang

Roda pembangunan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) berputar makin cepat. Meski sumber daya alam melimpah, namun justru di sektor pariwisata yang digencarkan. Wajah perbatasan dipoles untuk menarik wisatawan dunia.

RIZKI HADID, Long Apari

SEAKAN kepingan surga jatuh dan terhampar di Kalimantan Timur (Kaltim). Di perut bumi tersimpan emas, uranium, batu bara, dan lainnya. Di atas tanah tumbuh subur beraneka hasil hutan. Rimba asri masih tampak perawan di aliran Sungai Mahakam yang meliuk-liuk.

Belum ada korporasi asing yang datang, apalagi menjarah isi perut bumi lalu minggat begitu saja. Pemkab Mahulu seolah belajar dari kakak tertuanya di Kutai Kartanegara (Kukar), Samarinda, Kutai Barat (Kubar), Kutai Timur (Kutim), dan lainnya, bahwa kemilau emas hitam tak selamanya gemilang.

Bahwa hutan adalah warisan untuk anak-cucu yang wajib dilestarikan. Mahulu tak ingin tertimpa kisah-kisah petaka alam yang kelam. Sebagai kabupaten termuda di Kaltim, pembangunan Mahulu terbilang cepat. Berbagai rencana pembangunan disiapkan agar tak melukai alam.

Justru pariwisata yang dimantapkan sebagai mata pencarian utama Mahulu.  Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah Bappeda Mahulu Evodius Awang menerangkan, Pemkab Mahulu sudah memiliki masterplan untuk pembangunan kawasan perkotaan di Ujoh Bilang.

Tak sekadar dibangun, tapi dijual kepada investor dengan konsep bangunan lamin. “Desa banget, tapi modern. Jual kota tanpa merusak alam. Pariwisata ditingkatkan,” ucap PNS yang akrab disapa Evo itu.

Kini perkantoran masih menggunakan rumah penduduk. Hanya kantor Bappeda dan kantor bupati yang berdiri sendiri. Tahun depan, rencananya dibangun kantor sementara untuk 13 SKPD menggunakan APBD Kaltim. “Kami terbentur Undang-Undang Nomor 22/2013 yang tak membolehkan membangun perkantoran selama 10 tahun. Itu jadi masalah bagi kami,” ujarnya.

Di pusat perkantoran berkonsep lamin itu, danau dan pulau terpampang di tengahnya. Kemudian, jembatan dibangun di dekat perumahan Korpri. Selain itu, akan dibangun guest house di atas Batu Kayau dengan pemandangan satu kota. “Sejauh 3 kilometer dari perkantoran ada air terjun dan taman kecil,” lanjut Evo.

Dia menyebut, potensi pariwisata ditingkatkan dengan mengelola air terjun Kenheq di Long Pahangai. Juga, batu dinding di kampung Long Kuling bakal dijadikan patung Yesus Kristus seperti di Rio de Janeiro, Brasil, sehingga menjadi wadah wisata religius yang memikat. “Alasannya, sekitar 82 persen warga setempat beragama Katolik,” ucap Evo.

Dari lahan berukuran 950 hektare yang ada, hanya 5 persen yang bisa dibuka. Musababnya, agar konservasi hutan tetap terjaga. Bukan tak beralasan pemkab melindungi hutan. Padahal, ada emas, uranium, batu bara, sarang walet, dan berbagai jenis pepohonan besar.

Evo menyatakan, bila dikeruk, Sungai Mahakam di Kukar, Kubar, dan Samarinda bakal tercemar. “Makanya, hutan harus dijaga biar tidak keruh. Long Apari adalah sumber mata air Sungai Mahakam,” tandasnya.

Rancangan pembangunan yang begitu besar dengan APBD Mahulu di angka Rp 1,5 triliun terasa kurang. Keuangan Pemkab Mahulu saat ini bagaikan menanti tetesan hujan. Bagaimana tidak, belum ada dukungan dana dari Pemkab Kubar sebagai kabupaten induk.

Padahal, Evo menuturkan, daerah otonomi baru harus dapat dukungan dari kabupaten induk minimal dua tahun. “Dalam Undang-undang nomor 2/2013 menyebutkan kewajiban membantu. Serta, surat dari Kementerian Keuangan bahwa kabupaten induk harus dukung dana,” urai dia.

Sementara itu, politikus asal Mahulu Juan Jenau tersebut menerangkan, sesuai komitmen, Pemkab Kubar wajib menyetor Rp 37,5 miliar ke Pemkab Mahulu selama dua tahun berturut-turut. Namun, hingga masuk tahun ketiga, belum terealisasi.

“Kami minta pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan untuk langsung memotong uang itu untuk Mahulu. Alasan Pemkab Kubar anggaran menurun. Tapi tetap wajib,” bebernya. (*/kri/k8)

Berita ini pernah terbit di Kaltim Post. Silakan berlangganan Kaltim Post

Sumber: http://m.kaltim.prokal.co/read/news/249147-menyusuri-geliat-pembangunan-mahakam-ulu-tambang-tak-selamanya-gemilang

Scroll to Top