Kesaktian Palsu

Oleh: Rizki Hadid, S.H.

BUNYI  pengeras suara milik penjual obat tradisional membelah keriuhan pasar malam di Wisma Citra, Jalan Rajawali, Samarinda. Sebilah parang berkilatan karena cahaya yang dipantulkan dari lampu minyak.

Setiap Rabu malam, sebut saja Ahmad, menjajakan obat-obatan tradisional pada medio 2002 silam. Lapak yang dibuka Ahmad ini tak biasa. Untuk memancing perhatian pengunjung, ia selalu bermain dabus dengan parang andalannya. Malam itu kali pertama saya bersama teman sebaya menyambangi lapak Ahmad.

Pertunjukan baru saja dimulai. Saya duduk beralaskan sandal jepit bersama puluhan orang lainnya. Tanpa basa-basi, Ahmad mengangkat parang dan menebas sebilah papan. Kraakk.. papan yang tampak keras itu terbelah. Penonton semakin terpaku.

Ahmad membuka kaus putihnya lalu menggoreskan parang itu ke perut. Berkali-kali dengan cepat. Tak puas di situ, ia juga menjepitkan parang di antara lipatan lengan bawah dan atas, kemudian ditarik dengan sangat cepat sehingga menimbulkan bunyi berdecit yang nyaring.

Puas menggores parang di tubuhnya, ia mengambil mikrofon yang sedari tadi di tanah. “Silakan beli obat saya,” ucap dia sembari mengenalkan beberapa obat yang dia klaim bisa mendatangkan kekuatan gaib. Sejak malam itu, saya jadi sering ke Wisma Citra. Menyaksikan aksi-aksi dabus Ahmad. Lama-lama saya penasaran bagaimana datangnya ilmu kebal itu.

Rasa penasaran tersebut enggan sirna dari benak saya meski tujuh tahun berlalu. Hingga akhirnya pada 2009, saya bergabung dengan komunitas sulap dan hipnoterapi bernama Trance Community. Dalam perkumpulan, para penggiat teknologi pikiran itu, saya mengenal seorang mantan pemain dabus. Namanya Abdillah Syafei. Dari dia akhirnya saya mengetahui segala rahasia praktik perdukunan.

Ternyata, aksi dabus yang dilakukan Ahmad itu trik belaka. Tidak memerlukan wirid atau puasa untuk melakukannya. Lantas bagaimana ilmu kebal tersebut datang? Rahasianya ada di parang yang dipakai, dan cara menggoresnya.

Setiap orang yang bertahun-tahun beraktivitas dengan parang pasti tahu ketajaman parang. Ada toleransi ketajaman tertentu yang tak bisa menyayat daging. Maksudnya, parang itu tajam. Bisa membelah kayu dengan timpasan yang agak kuat, tapi belum cukup tajam untuk merobek daging yang kenyal.

Dengan parang khusus tersebut, tinggal melatih keterampilan menyayat agar tak terluka. Gerakan yang cepat tapi tidak terlalu ditekan ke kulit. Adapun adegan menekan parang ke tubuh mesti diikuti gerakan searah dengan tekanan parang itu. Jika sudah terampil menyayat, bermain dengan parang tajam sekalipun tak akan terluka.

Kesuksesan aksi ini adalah, jangan sampai penonton asli menikam badan si pemain dabus. Kalau pun mesti membuka partisipasi penonton, pastikan orang tersebut adalah “anggota” yang menyamar jadi penonton. Mengetahui trik itu, saya pun mencobanya dan diabadikan ke video. Saya tunjukkan ke orang awam, responsnya di luar dugaan. Mereka yakin bahwa yang saya lakukan asli.

Aksi dabus populer lainnya, seorang remaja ditidurkan di tanah. Kemudian ditutup dengan kain hitam. Sang dukun kemudian menikam leher si remaja itu dalam keadaan tertutup kain. Selang beberapa detik, kain disingkap. Remaja itu kejang-kejang dengan belati menancap di leher. Darah bercucuran.

Remaja itu mengerang. Sang dukun membuat berdiri remaja itu dan membawanya hingga ke tengah jalan dengan memegang leher belakangnya. Penonton terpana. Remaja itu kemudian kembali direbahkan di tanah. Kali ini ditutup dengan tenda hitam. Beberapa detik kemudian tenda bergetar dan bergerak-gerak. Sang dukun menjinakkannya dari jauh dengan gerakan tertentu. Tenda dibuka, remaja terluka itu sehat kembali.

Bagaimana aksi terkesan ekstrem ini dilakukan? Sang dukun memerlukan pisau khusus yang bagian tengahnya bengkok menyesuaikan ukuran leher. Perlengkapan lainnya adalah darah ayam yang dibungkus plastik.

Aksi dilakukan saat remaja ditutup kain hitam. Setelah mendapatkan kesan ditikam, aksi berikutnya menggerakkan tenda hitam. Dengan keadaan jongkok, anak itu mengguncang tenda. Kesan dari luar tenda bergerak sendiri.

***

Dari kedua aksi dabus tadi, tentu bakal memengaruhi keyakinan penonton. Ada yang percaya kesaktian itu lantaran dibantu jin. Ada pula yang menganggap trik sulap belaka. Semua bergantung penampilan si pemain dabus. Jika para aktor menggunakan penampilan etnik atau melibatkan simbol agama, tentu penonton berasumsi ada kekuatan dari alam lain.

Jika dari awal si aktor mengungkapkan bahwa hanya trik sulap, main dabus seheboh apapun penonton biasanya meyakini itu memang palsu. Tapi ada juga, dibeberkan seilmiah apapun, masih ada sebagian pihak yang percaya sulap dan hipnotis itu menggunakan jin.

Mungkin Anda ingat pesulap ternama David Copperfield. Dia bisa terbang dan badannya dipenggal tapi bisa tersambung lagi. Banyak yang mengatakan David bersekutu dengan jin. Padahal, pesulap adalah pesulap. Kini, berkembangnya teknologi, banyak hackler (sebutan untuk pembongkar trik sulap) yang membongkar trik pesulap-pesulap ternama di YouTube.

Aksi yang awalnya dituduh pakai jin itu ternyata cuma trik dengan gimmick (alat bantu sulap). Artinya, David Copperfield yang bisa terbang itu tidak sakti. Di Indonesia juga begitu. Deddy Corbuzier dianggap bersekutu dengan jin. Padahal tak sedikit trik dia dibongkar di YouTube.

Jadi, mereka yang mengklaim memiliki kesaktian ternyata hampir semua palsu. Aksi dijalankan dengan trik sulap. Mestinya penonton lebih kritis. Kita bisa saja menguji Ahmad dengan menimpas badannya pakai parang yang ketajamannya bisa memotong daging kambing. Kita juga bisa meminta si remaja ditikam dalam keadaan terbuka, bukan dengan ditutup kain hitam.

Demikian pula dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dia mengeluarkan uang ketika tangannya disembunyikan di belakang badan. Mestinya pengikut dia meminta Dimas mengeluarkan uang dengan keadaan terbuka di depan dada.

Perhatikan jemarinya bergerak ke mana. Sebab, dari yang diungkap kepolisian, Taat punya jubah dengan kantong di bagian belakang, persis saat dia mengeluarkan “kesaktiannya” itu.

Marwah Daud Ibrahim juga “membuktikan” kesaktian Taat. Yakni, di depan rumahnya tiba-tiba ada duit dua koper. Sayangnya “keajaiban” tadi datang saat Marwah tidur. Bukan dengan kondisi dari tidak ada, menjadi ada. Ia melewatkan satu adegan penting, yakni proses anak buah Taat yang membawa koper itu ke depan rumahnya, sebagaimana diungkap kepolisian.

Sering adanya missing link itu membuat kita menyerah dan langsung meyakini bahwa aksi tersebut merupakan hal gaib. Memang sebagai orang beragama kita harus percaya kepada hal gaib. Namun, bila ada manusia pada 2016 ini punya kekuatan gaib, mestinya kita bisa berpikir lebih kritis.

Saya punya contoh dari kejadian nyata lagi. Teman ayah saya bernama Abdullah. Dikenal sebagai guru silat, pekerjaannya adalah petani gula aren. Suatu sore, Abdullah memotong pohon dengan chainsaw berukuran sedang. Selesai memotong beberapa batang pohon, punggungnya gatal karena serbuk pohon.

Sontak ia menggaruk punggungnya dengan gergaji mesin dalam keadaan mati. Salah satu tetangganya, sebut saja A melihat adegan itu dari kejauhan. Si A kemudian menceritakan kepada si B bahwa Abdullah menggoreskan chainsaw ke punggung. Lantaran tidak mengetahui kejadian secara detail dengan jarak dekat, maka terjadi bias informasi.

Si B menceritakan kepada si C bahwa Abdullah menggoreskan gergaji mesin ke punggung dalam keadaan menyala. Informasi terus menyebar dan semakin bias. Hingga cerita berubah menjadi Abdullah berlatih ilmu dabus di hutan menggunakan chainsaw yang menyala.

Orang-orang tambah yakin lantaran Abdullah memang guru silat. Artinya, jangan mudah percaya dengan cerita kesaktian seseorang tanpa membuktikan dan menguji secara langsung.

Kesaktian palsu bisa menipu siapa saja. Tidak memandang tingkat pendidikan seseorang. Meskipun kuliah tinggi hingga ke luar negeri, tidak bisa menjamin tidak tertipu. Sebab, pengetahuan soal kepalsuan mistis itu perlu dipelajari khusus. Tidak diajarkan di mata kuliah manapun.

Buktinya, saya yang kuliah di Fakultas Hukum saja paham soal trik dabus. Karena saya mempelajari dan mempraktikkannya enam tahun silam. Pemikiran kritis terhadap kesaktian perlu dikembangkan.

Mereka yang percaya bahwa kesaktian melibatkan jin di era modern masih ada tidaklah salah. Tapi, biasanya mereka itu lebih mudah tergelincir daripada yang tidak percaya sama sekali. Saya hanya percaya ilmu selamat dari Tuhan. Yakni, diselamatkan Sang Pencipta dari masalah atau kejadian tak terduga.

Saya yakin, Dimas Kanjeng tak kuasa menahan senyum saat triknya sukses memperdaya banyak orang. Kekuatan yang dia punya hanyalah topeng sosial. Di luar terlihat sakti, tapi sebenarnya hatinya rapuh.

Mereka yang berprofesi sama dengan Dimas Kanjeng pun sebenarnya tahu bahwa yang dilakukan Dimas Kanjeng itu sama palsu dengan dirinya. Makanya mereka yang sedang beraksi selalu menyebutkan kode “satu guru satu ilmu, jangan mengganggu.” (*/rom/k15)

Artikel ini pernah terbit di koran Kaltim Post. Silakan berlangganan e-Paper Kaltim Post

http://kaltim.prokal.co/read/news/280338-kesaktian-palsu.html

Scroll to Top